RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan :
SMA / MA
Mata Pelajaran :
KIMIA
Kelas/ Semester :
XII IPA / 2
Standar Kompetensi : 4. Memahami
senyawa organik dan reaksinya, benzena dan
turunannya, dan makromolekul.
Kompetensi Dasar : 4.3 Mendeskripsikan struktur, tata
nama, penggolongan, sifat dan kegunaan protein
Indikator : 1. Menuliskan rumus
struktur dan nama protein.
2. Menggolongkan protein berdasarkan komposisi kimia, benntuk dan fungsi biologisnya.
3. Mengamati dan menguraikan sifat-sifat protein.
4. Mendeskripsikan kegunaan protein.
Alokasi Waktu : 4 jam
pelajaran ( 4 x 45 menit )
A.
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat :
1. Menuliskan rumus struktur dan nama protein.
2. Menggolongkan protein berdasarkan komposisi
kimia, bentuk dan fungsi biologis.
3. Mengamati dan menguraikan sifat-sifat
priotein
4. Mendeskripsikan kegunaan protein.
B. Materi Pembelajaran
Protein adalah senyawa terpenting penyusun sel hidup.
Senyawa ini terdapat dalam semua
jaringan hidup baik tumbuhan maupu hewan. Fungsi biologis protein sangat
beragam, antara lain sebagai pembangun, pengatur, pertahanan, dan sebagai
sumber energi. Tidak ada kelompok senyawa lain yang fungsinya begitu beragam
seperti protein. Oleh karena itulah kelompok senyawa ini disebut protein, istilah yang berasal dari bahasa Yunani proteios, yang berarti “peringkat satu”atau “yang utama”.
1. Asam Amino
Asam amino adalah suatu golongan senyawa karbon yang
setidak-tidaknya mengandung satu gugus karboksil (‒COOH) dan satu gugus amino
(‒NH2). Jika gugus amino terikat pada atom C-alfa (yaitu atom karbon yang
terikat langsung pada gugus karboksil), disebut asam alfa-amino; jika gugus
aminonya terikat pada atom C-beta, disebut atom beta-amino dan seterusnya. Di
alam hanya ditemukan asam alfa-amino.
Gugus R adalah gugus pembeda antara asam amino yang satu
dengan asam amino yang lainnya. Gugus R dalam senyawa amino sangat beragam. Ada
yang hidrofob (seperti glisin dan alanin), ada yang hidrofil karena mengandung
gugus polar seperti ‒OH,‒COOH atau ‒NH2 (misalnya tirosin, lisin dan asam
glutamat), ada yang bersifat asam (misalnya asam glutamat), ada yang bersifat
basa (misalnya lisin), ada pula yang mengandung belerang (misalnya sistein)
atau cincin aromatik (misalnya tirosin). Gugus R asam amino tersebut sangat
berperan dalam menentukan struktur, kelarutan, serta fungsi biologis dari
protein. Kecuali glisin, semua asam amino bersifat optis aktif, karena adanya
atom C-α yang bersifat asimetris.
Telah disebutkan bahwa protein terbentuk dari sekitar 20
jenis asam amino. Asam amino tersebut dapat disintesis dalam tubuh, kecuali 8
asam amino (10 untuk bayi). Asam-asam esensial haruslah terdapat dalam makanan.
Kekurangan satu saja asam amino akan mengganggu sintesis protein. Asam amino
yang dapat disintesis dalam tubuh disebut asam amino nonesensial. Contoh asam amino esensial, yaitu valin, leusin,
isoleusin.
Sebagian besar protein nabati tidak mengandung satu atau
lebih asam amino esensial. Misalnya, protein beras tidak mengandung lisin dan
treonin, protein gandum tidak mengandung lisin dan triptofan. Jadi, orang yang
makan hanya nasi saja dapat menderita kekurangan gizi. Di pihak lain, protein
hewani mengandung seluruh asam amino dalam jumlah yang memadai. Tubuh kita
memerlukan sekitar 0,8 g protein per kg berat badan. Kekurangan protein dapat
menyebabkan retardasi (keterbelakangan)
fisik maupun mental.
2. Tata Nama protein
Telah disebutkan bahwa protein terbentuk dari asam-asam
amino. Proses pembentukannya merupakan polimerisasi kondensasi. Dua molekul
asam amino dapat berikatan (berkondensasi) dengan melepas molekul air(H‒OH), sebagai berikut.
Ikatan yang mengkaitkan dua molekul asam amino itu
disebut ikatan peptida dan senyawa yang terbentuk disebut dipeptida.
Suatu dipeptida juga mempunyai gugus ‒COOH dan gugus ‒NH2, oleh karena itu dapat pula
mengikat asam amino yang lain membentuk tripeptida, dan seterusnya membentuk
polipeptida atau protein.
Pemaparan struktur polipeptida secara lengkap dapat
sangat membosankan dan tidak selalu perlu. Oleh karena itu, para ahli biokimia
menggunakan singkatan. Tiap-tiap asam amino diberi lambang dengan tiga huruf,
dengan cara itu suatu contoh polipeptida yang terdiri dari 10 residu asam amino
dapat dinyatakan sebagai berikut :
Gly‒Phe‒Cys‒Ser‒Ala‒Gly‒Asp‒Ala‒Lys‒Asp
Dalam menuliskan rangkaian asam amino dari suatu
polipeptida atau protein, maka ujung amino (residu asam amino dengan gugus
amino bebas) ditempatkan disebelah kiri, sedangkan ujung karboksil disebelah
kanan. Pada contoh diatas, berati glisin (Gly) mempunyai gugus ‒NH2 bebas, sedangkan asam aspartat
(Asp) mempunyai gugus ‒COOH
bebas.
Dua molekul asam amino dapat membentuk dua jenis
dipeptida, bergantung pada gugus yang digunakan pada kondensasi. Misalnya, Gly
dan Ala dapat membentuk dua jenis dipeptida, yaitu Gly‒Ala dan Ala‒Gly.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa jenis protein yang
dapat dibentuk dari 20 jenis asam amino dapat mencapai jutaan. Hal ini mirip
dengan jumlah kalimat yang dapat disusun dari hanya 26 huruf dalam abjad. Namun
demikian, urutan berbagai huruf dalam kata atau urutan berbagai kata tidak
selalu mempunyai arti. Demikian juga, rangkaian asam-asam amino tidak selalu
merupakan protein yang berguna. Mungkin kita tetap dapat mengartikan suatu
kalimat meskipun terdapat beberapa huruf yang salah. Sama halnya dengan suatu
protein, mungkin tetap dapat berfungsi meskipun ada beberapa asam amino yang
tidak sesuai urutan. Akan tetapi, hal ini bisa berakibat fatal. Kelainan yang
dikenal sebagai anemia sel sabit terjadi karena perbedaan satu dari sekitar 300
residu asam amino dalam hemoglobinnya.
Salah satu contoh yang menunjukkan betapa pentingnya
urut-urutan asam amino dalam rantai polipeptida terhadap bentuk tiga dimensi
dan fungsi protein, khususnya protein globular yaitu penyakit anemia sel sabit.
Anemia sel sabit adalah penyakit yang timbul karea
bentuk yang abnormal dari salah satu subunit hemoglobin. Hemoglobin yang normal
berbentuk bulat (seperti kue donat), sedangkan sel sabit berbentuk sabit.
Bentuk yang abnormal tersebut terjadi karena asam amino yang keenam dari rantai
β, yaitu asam glutamat yang
bersifat polar tergantikan oleh valin, suatu asam amino yang tidak polar.
Perubahan bentuk ini mengganggu kemampuan hemoglobin dalam mengangkut oksigen.
Selain itu, gaya tarik hidrofobik menyebabkan beberapa sel sabit mengelompok
membentuk semacam serat sehingga dapat menyumbat pembuluh kapiler. Hal ini
dapat menyebabkan peradangan, rasa sakit, kerusakan organ, bahkan kematian.
Anemia sel sabit adalah penyakit keturunan yang dialami
seseorang yang mewarisi gen hemoglobin muatan dari kedua orangtuanya. Jika
hanya salah satu orangtua yang menurunkan gen semu, hanya kira-kira 1% dari sel
darah merahnya yang berubah menjadi bentuk sabit. Mereka dapat hidup normal selama
menghindari latihan-latihan fisik yang berat atau tekanan lain terhadap sistem
peredaran darah.
3. Struktur
Protein
Protein mempunyai struktur yang sangat kompleks.
Struktur protein memegang peranan penting dalam menentukan aktivitas
biologisnya. Struktur protein dapat dibedakan ke dalam 4 tingkatan, yaitu
struktur primer, sekunder, tersier dan kuartener.
Struktur primer adalah urut-urutan asam amino dalam
rantai polipeptida yang menyusun protein. Protein pertama yang berhasil
ditentukan struktur primernya adalah insulin, yaitu hormon yang berfungsi
mengatur kadar gula darah.
Sebagai contoh insulin sapi terdiri dari dua rantai
polipeptida, yang ditandai dengan rantai A (terdiri dari 21 asam amino) dan
rantai B (terdiri dari 30 asam amino). Kedua rantai disatukan oleh ikatan
silang disulfida (‒S‒S‒) yang berasal dari unit sistein (Cys). Selama bertahun-tahun,
insulin yang diekstraksi dari pankreas sapi digunakan untuk terapi bagi
orang-orang yang menderita kekurangan insulin (Diabetes). Kini insulin manusia
telah dapat diproduksi melalui industri genetika.
Struktur sekunder berkaitan dengan bentuk dari suatu
rantai polipeptida. Oleh karena gaya-gaya nonkovalen, seperti ikatan hidrogen
atau gaya dispersi, suatu rantai polipeptida menggulung seperti spiral (alfa
heliks) atau seperti lembaran kertas continues form (beta-pleated sheet), atau
bentuk triple heliks.
Struktur tersier protein merupakan bentuk tiga dimensi
dari suatu protein. Bagaikan seutas mie yang diletakkan di dalam cawan, suatu
rantai polipeptida dapat melipat atau menggulung sehingga mempunyai bentuk tiga
dimensi tertentu. Struktur tersier protein dikukuhkan oleh berbagai macam gaya,
sepert ikatan hidrogen, ikatan silang disulfida, interaksi hidrofobik atau
hidrofilik, serta jembatan garam.
Setiap protein mempunyai bentuk tiga dimensi tertentu.
Jadi semua molekul hemoglobin sebagai contoh, mempunyai bentuk tiga dimensi
yang sama. Bentuk tiga dimensi protein sangat berperan dalam menentukan fungsi
biologis protein tersebut. Sering kali sutatu molekul organik bukan protein
terikat pada rantai polipeptida dalam struktur tersiernya.
Sebagian protein hanya mengandung rantai tunggal
polipeptida, tetapi yang lain, yang disebut protein oligomer, terdiri dari dua
atau lebih rantai. Sebagai contoh, hemoglobin mempunyai empat rantai.
Masing-masing rantai merupakan satu subunit protein. Susunan subunit-subunit
dalam protein oligomer disebut struktur kuartener.
4. Hidrolisis
Protein
Suatu polipeptida atau protein dapat mengalami
hidrolisis jika dipanaskan dengan asam klorida pekat, sekitar 6M. Dlam hal ini
ikatan peptida diputuskan sehingga dihasilkan asam-asam amino bebas. Dalam
tubuh manusia atau hewan hidrolisis polipeptida atau protein terjadi karena
pengaruh enzim.
5. Denaturasi
Protein
Jika suatu larutan protein, misalnya
albumin telur, dipanaskan secara perlahan-lahan sampai kira-kira 60O‒70OC,
lambat laun larutan itu akan mejadi keruh dan akhirnya mengalami koagulasi.
Protein yang telah terkoagulasi itu tidak dapat larut lagi pada pendinginan.
Perubahan seperti itu disebut denaturasi protein. Denaturasi juga dapat terjadi
karena perubahan pH yang ekstrim, oleh beberapa pelarut seperti alkohol atau
aseton, oleh zat terlarut seperti urea, oleh detergen, atau bahkan karena
pengguncangan yang intensif. Protein dalam bentuk alamiahnya disebut protein
asli (natif) setelah denaturasi disebut protein terdenaturasi. Protein
terdenaturasi hampir selalu kehilangan fungsi biologisnya. Dari penelitian
terhadap protein terdenaturasi diketahui bahwa struktur yang lebih kompleks
dari protein, terutama struktur tersier dan struktur kuartenernya.
6. Penggolongan
Protein
Protein dapat dibeda-bedakan berdasarkan komposisi
kimia, bentuk, atau fungsi biologisnya.
a. Berdasarkan
Komposisi Kimia
Berdasarkan komposisi kimianya, protein dibedakan atas
protein sederhana dan protein konjugasi. Protein sederhana hanya teriri atas
asam amino, dan tidak ada gugus kimia lain. Bagian yang bukan asam amino dari
protein konjugasi disebut gugus
prostetik. Protein konjugasi digolongkan berdasarkan jenis gugus
prostetiknya.
b. Berdasarkan
Bentuk
Berdasarkan bentuknya protein dibedakan atas protein
globular dan protein serabut. Pada protein globular rantai atau rantai-rantai
polipeptidanya berlipat rapat menjadi bentuk globular atau bulat padat. Protein
globular biasanya larut dalam air dan mudah berdifusi. Hampir semua protein
globular mempunyai fungsi gerak atau dinamik, seperti enzim, protein transpor
darah,dan antibodi. Protein serabut tidak larut dalam air. Hampir semua protein
serabut mempunyai fungsi struktural atau pelindung. Contohnya adalah α-keratin pada rambut dan
wol,fibroin dari sutera, dan kolagen dari urat.
c. Berdasarkan
Fungsi Biologis
Berdasarkan fungsi biologisnya, protein dapat dibedakan atas 7 golongan,
yaitu:
1. Enzim,
yaitu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Hampir semua reaksi
senyawa organik dalam sel dikatalisis enzim. Lebih dari 2000 jenis enzim telah
ditemukan di dalam berbagai bentuk kehidupan. Contohnya, ribonuklease dan
tripsin.
2. Protein
transpor, yaitu protein yang mengikat dan memindahkan molekul atau ion spesifik.
Hemoglobin dalam sel darah merah mengikat oksigen dari paru-paru, dan
membawanya ke jaringan periferi. Lipoprotein dalam plasma darah membawa lipid
dari hati ke organ lain. Protein transpor lain terdapat dalam dinding sel dan
menyesuaikan strukturnya untuk mengikat dan membawa glukosa, asam amino, dan
nutrien lain melalui membran ke dalam sel.
3. Protein
nutrien dan penyimpanan, ialah protein yang berfungsi sebagai cadangan makanan.
Contohnya ialah protein yang terdapat dalam biji-bijian seperti gandum, beras
dan jagung. Ovalbumin pada telur dan kasein pada susu juga merupakan protein
nutrien.
4. Protein
kontraktil yaitu protein yang memberikan kemampuan pada sel dan organisme untuk
mengubah bentuk atau bergerak. Contohnya ialah aktin dan miosin, yaitu protein
yang berperan dalam sistem kontraksi otot kerangka.
5. Protein
struktur, yaitu protein yang berperan sebagai penyanggah untuk memberikan
struktur biologi kekuatan atau perlindungan. Contohnya ialah kolagen yaitu
komponen utama dalam urat dan tulang rawan. Contoh lain adalah keratin yang
terdapat pada rambut, kuku, dan bulu ayam/burung, fibroin yaitu komponen utama
dalam serat sutera dan jaring laba-laba.
6. Protein
pertahanan (antibodi), yaitu protein yang melindungi organisme terhadap
serangan organisme lain (penyakit). Contohnya adalah imunoglobin atau antibodi
yang terdapat dalam vertebrata, dapat mengenali dan menetralkan bakteri, virus,
atau protein asing dan spesi lain. Fibrinogen dan trombin merupakan protein
penggumpal darah jika sistem pembuluh terluka. Bisa ular dan toksin bakteri
juga tampaknya berfungsi sebagai protein pertahanan.
7. Protein
pengatur, yaitu protein yang berfungsi mengatur aktivitas seluler atau
fisiologi. Contohnya ialah hormon seperti insulin yang mengatur metabolisme
penyakit diabetes. Contoh lain adalah hormon pertumbuhan dan hormon seks.
7. Sifat-sifat Protein
a. Denaturasi Protein
Jika suatu larutan
protein, misalnya albumin telur, dipanaskan secara perlahan-lahan sampai
kira-kira 60O‒70OC, lambat laun larutan itu akan mejadi
keruh dan akhirnya mengalami koagulasi. Protein yang telah terkoagulasi itu
tidak dapat larut lagi pada pendinginan. Perubahan seperti itu disebut
denaturasi protein. Denaturasi juga dapat terjadi karena perubahan pH yang
ekstrim, oleh beberapa pelarut seperti alkohol atau aseton, oleh zat terlarut
seperti urea, oleh detergen, atau bahkan karena pengguncangan yang intensif.
Protein dalam bentuk alamiahnya disebut protein asli (natif) setelah denaturasi
disebut protein terdenaturasi. Protein terdenaturasi hampir selalu kehilangan
fungsi biologisnya. Dari penelitian terhadap protein terdenaturasi diketahui
bahwa struktur yang lebih kompleks dari protein, terutama struktur tersier dan
struktur kuartenernya.
b.
Viskositas
Viskositas adalah tahanan yang timbul karena adanya gesekan
antara molekul-molekul didalam zatcair yang mengalir. Suatu larutan protein
dalam air mempunyai Viskositas atau kekentalan yang lebih besar dari pada
Viskositas air sebagai pelarutnya. Pada umumnya Viskositas suatu larutan tidak
diukur secara absolute tetapi ditentukan oleh Viskositas ralatif, yaitu
perbandingan terhadap Viskositas zat cair tertentu. Alat yang digunakn untuk
menentukan Viskositas adala viscometer Ostwald. Pengukuran viskositas
didasarkan pada kecepatan aliran suatu zat cair atau larutan melalui suatu pipa
ttertentu. Viskositas larutan protein tergantung pada jenis protein, bentuk molekul, konsentrasi serta suhu
larutan. Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi tetapi berbanding
terbalik dengan suhu. Larutan suatu protein yang bentuk molekulnya panjang,
mempunyai viskositas lebihh besar dari pada larutan suatu protein yang
berbentuk bulat. Pada titik isolistrik viskositas larutan protein mempunyai
harga terkecil.
c.
Koagulasi
Sifat protein yang satu ini ditandai dengan adanya penggumpalan
partikel koloid sebagai akibat penambahan senyawa kimia yang pada akhirnya
menyebabkan partikel menjadi netral dan akhirnya membentuk endapan akibat gaya
grafitasi. Koagulasi ini sendri terjadi karena beberapa hal seperti pemanasan
(contohnya: darah), pengadukan (contohnya: tepung kanji), dan pendinginan
(contohnya: agar-agar).
d.
Browning
Sifat protein yang satu ini ditandai dengan terjadinya
perubahan warna menjadi coklat. Hal ini merupakan reaksi pencoklatan enzimatis
serta non enzimatis. Contoh pencoklatan enximatis terlihat pada buah-buah juga
sayuran yang mengandung zat fenolik. Semenetara itu, contoh untuk pencoklatan
non enzimatis ada pada karamelisasi gula.
8. Kegunaan Protein
·
Pertumbuhan dan pemeliharaan
Rambut,
kulit, dan kuku membutuhkan lebih banyak as amino yang mengandung sulfur. Kolagen : protein utama otot dan
jaringan ikat. Fibrin dan
myosin adalah protein didalam otot.
·
Pembentukan
ikatan-ikatan esensial tubuh
Tiroid,
insulin dan epinefrin serta enzim bertindak sebagai katalisator. Hb berfungsi sebagai pengangkut
oksigen
·
Mengatur
keseimbangan air
Cairan tubuh
intraseluler, ekstraseluler dan interseluler. Distribusi cairan ini dijaga dalam
keadaan seimbang atau homeostasis. Penumpukan cairan (edema) : tanda awal
kekurangan protein.
·
Memelihara netralitas tubuh
Protein tubuh bertindak
sebagai buffer, dengan pH
netral atau sedikit alkali (pH 7,35 – 7,45).
·
Pembentukan
antibodi
Kekurangan
protein, menghalangi kemampuan tubuh thd pengaruh toksik berkurang. Kekurangan protein lebih rentan terhadap
bahan-bahan racun dan obat-obatan.
·
Mengangkut
zat-zat gizi
Protein
memegang peranan esensial dalam mengangkut zat-zat gizi Kekurangan protein
menyebabkan gangguan pada absorpsi dan transportasi zat gizi.
·
Sumber energi
Protein menghasilkan 4 kkal/g
protein.
·
Angka
kecukupan protein
Angka
kecukupan protein (AKP) orang dewasa adalah 0,75 gram/kg berat badan. Kekurang
protein ( Marasmus dan kwashiorkor), Kelebihan protein ( asidosis, dehirasi,
diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah dan demam).
C.
Metode Pembelajaran
Model
Pembelajaran : Model Pembelajaran Deduktif
Metode
Pembelajaran : Ceramah dan Diskusi
D.
Langkah-langkah Kegiatan
Pembelajaran
Pertemuan
Pertama (2 x 45 menit)
1. Menuliskan rumus struktur dan nama protein.
2. Menggolongkan protein berdasarkan komposisi kimia, bentuk
dan fungsi biologis.
Tahap
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Alokasi waktu
|
Kegiatan Pendahuluan
|
·
Menyiapkan peserta
didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran (berdoa
sebelum belajar, mengecek presensi, mengecek kesiapan siswa).
·
Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari.
·
Menjelaskan tujuan
pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai.
|
15 menit
|
Kegiatan
Inti
|
·
Guru menanyakan bahan makanan yang mengandung
protein kepada siswa.
·
Guru menjelaskan rumus umum struktur asam
amino dan pemberian nama dari asam amino ttersebut.
·
Guru menjelaskan struktur protein.
·
Guru menjelaskan penggolongan protein
berdasarkan komposisi kimia, bentuk, dan fungsi biologis.
·
Guru membentuk kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 4 orang siswa.
·
Guru memberikan materi diskusi.
·
Siwa mengkaji literatur materi diskusi dan
mendiskusikannya dengan teman satu kelompoknya.
·
Siswa berlatih menggambarkan struktur asam
amino dan menentukan gugus peptida pada protein.
·
Guru melakukan evaluasi dengan meminta tiap
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya,
siswa yang lain mendengarkan, mencermati dan memberi tanggapan.
|
60 menit
|
Kegiatan
Penutup
|
·
Mengakhiri pelajaran dengan membimbing semua siswa membuat rangkuman dan mengerjakan soal-soal seputar materi yang telah
dipelajari.
·
Menyimpulkan materi yang telah dibahas secara bersama-sama dengan siswa.
·
Memberi tugas untuk diselesaikan di rumah.
·
Merencanakan materi untuk pertemuan berikutnya.
|
15 menit
|
Pertemuan
Kedua (2 x 45 menit)
1. Mengamati dan menguraikan sifat-sifat priotein
2. Mendeskripsikan kegunaan protein.
Tahap
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Alokasi waktu
|
Kegiatan Pendahuluan
|
·
Menyiapkan peserta
didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran (berdoa
sebelum belajar, mengecek presensi, mengecek kesiapan siswa).
·
Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari.
·
Menjelaskan tujuan
pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai.
|
15 menit
|
Kegiatan
Inti
|
·
Guru menanyakan bahan makanan yang mengandung
protein.
·
Guru menjelaskan sifat-sifat protein.
·
Guru menjelaskan fungsi dari protein.
·
Guru membentuk kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 4 orang siswa.
·
Guru memberikan materi diskusi.
·
Siwa mengkaji literatur seputar materi diskusi
dan mendiskusikannya dengan teman satu kelompoknya.
·
Siswa mengetahui sifat-sifat protein.
·
Siswa mengetahui kegunaan protein dalam
kehidupan sehari-hari.
·
Guru melakukan evaluasi dengan meminta tiap
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya,
siswa yang lain mendengarkan, mencermati dan memberi tanggapan.
|
60 menit
|
Kegiatan
Penutup
|
·
Mengakhiri pelajaran dengan membimbing peserta didik membuat rangkuman
dan mengerjakan soal-soal post test.
·
Menyimpulkan materi yang telah dibahas secara bersama-sama dengan siswa
·
Merencanakan materi untuk pertemuan berikutnya.
·
Ucapan terima kasih atas partisipasi aktif dari semua peserta didik, dan
diakhiri salam penutup
|
15 menit
|
E.
Sumber Belajar
1.
Buku Kimia
Kelas XII
2.
Situs kimia seputar materi yang dipelajari (internet)
F.
Penilaian
Tugas individu, tugas kelompok, kuis dan ulangan.
Semarang, 15 Desember 2013
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru
Mata Pelajaran
………………………. Sopiyatun Munawaroh