BAHAN
AJAR PROTEIN
Protein
adalah senyawa terpenting penyusun sel hidup. Senyawa ini terdapat dalam semua jaringan hidup
baik tumbuhan maupu hewan. Fungsi biologis protein sangat beragam, antara lain
sebagai pembangun, pengatur, pertahanan, dan sebagai sumber energi. Tidak ada
kelompok senyawa lain yang fungsinya begitu beragam seperti protein. Oleh
karena itulah kelompok senyawa ini disebut protein,
istilah yang berasal dari bahasa Yunani proteios, yang berarti “peringkat
satu”atau “yang utama”.
Ditinjau
dari komposisi kimianya, protein merupakan polimer dari sekitar 20 jenis asam
α-amino. Massa molekul relatifnya berkisar dari sekitar 6000 hingga beberapa
juta. Unsur utama penyusun protein adalah C, H, O dan N. Banyak juga protein
yang mengandung besi, mangan, tembaga dan iodin.
1. Asam Amino
Asam
amino adalah suatu golongan senyawa karbon yang setidak-tidaknya mengandung
satu gugus karboksil (‒COOH) dan satu gugus amino (‒NH2). Jika gugus amino
terikat pada atom C-alfa (yaitu atom karbon yang terikat langsung pada gugus
karboksil), disebut asam alfa-amino; jika gugus aminonya terikat pada atom
C-beta, disebut atom beta-amino dan seterusnya. Di alam hanya ditemukan asam
alfa-amino.
Gugus
R adalah gugus pembeda antara asam amino yang satu dengan asam amino yang
lainnya. Gugus R dalam senyawa amino sangat beragam. Ada yang hidrofob (seperti
glisin dan alanin), ada yang hidrofil karena mengandung gugus polar seperti
‒OH,‒COOH atau ‒NH2 (misalnya tirosin, lisin dan asam glutamat), ada yang
bersifat asam (misalnya asam glutamat), ada yang bersifat basa (misalnya
lisin), ada pula yang mengandung belerang (misalnya sistein) atau cincin
aromatik (misalnya tirosin). Gugus R asam amino tersebut sangat berperan dalam
menentukan struktur, kelarutan, serta fungsi biologis dari protein. Kecuali
glisin, semua asam amino bersifat optis aktif, karena adanya atom C-α yang
bersifat asimetris.
Telah
disebutkan bahwa protein terbentuk dari sekitar 20 jenis asam amino. Asam amino
tersebut dapat disintesis dalam tubuh, kecuali 8 asam amino (10 untuk bayi).
Asam-asam esensial haruslah terdapat dalam makanan. Kekurangan satu saja asam
amino akan mengganggu sintesis protein. Asam amino yang dapat disintesis dalam
tubuh disebut asam amino nonesensial.
Contoh asam amino esensial, yaitu valin, leusin, isoleusin.
Sebagian
besar protein nabati tidak mengandung satu atau lebih asam amino esensial.
Misalnya, protein beras tidak mengandung lisin dan treonin, protein gandum
tidak mengandung lisin dan triptofan. Jadi, orang yang makan hanya nasi saja
dapat menderita kekurangan gizi. Di pihak lain, protein hewani mengandung
seluruh asam amino dalam jumlah yang memadai. Tubuh kita memerlukan sekitar 0,8
g protein per kg berat badan. Kekurangan protein dapat menyebabkan retardasi (keterbelakangan) fisik
maupun mental.
2. Ion Zwitter
Sebagaimana
kita ketahui, gugus karboksil (‒COOH) adalah gugus yang bersifat asam (dapat
melepas H+), sedangkan gugus ‒NH2 adalah gugus yang bersifat basa
(dapat menyerap H+). Oleh karena itu, molekul asam amino dapat
mengalami reaksi asam-basa intramolekul membentuk suatu ion dipolar yang
disebut ion zwitter.
Oleh
karena mempunyai gugus asam dan gugus basa, maka asam amino bersifat amfoter
(dapat bereaksi baik dengan asam maupun dengan basa). Jika direaksikan dengan
asam maka asam amino akan menjadi suatu anion, sebaliknya jika direaksikan
dengan basa maka asam amino menjadi kation.
Dalam
larutan, muatan asam amino bergantung pada pH larutan. Jika suatu asam amino
yang bermuatan positif ditetesi dengan suatu basa (dinaikkan pHnya), maka
muatan positifnya akan turun hingga menjadi netral dan seterusnya menjadi
bermuatan negatif. pH pada saat asam amino itu tidak bermuatan disebut titik isolistrik (TIL). Di bawah titik
isolistriknya asam amino bermuatan positif, dan sebaliknya bermuatan negatif di
atas titik isolistriknya.
3. Tata Nama Protein
Protein terbentuk dari ikatan antar molekul asam
amino disebut ikatan peptida. Proses pembentukannya merupakan polimerisasi
kondensasi. Dua molekul asam amino dapat berikatan (berkondensasi) dengan
melepas molekul air(H‒OH), sebagai berikut.
Ikatan
yang mengkaitkan dua molekul asam amino itu disebut ikatan peptida dan senyawa
yang terbentuk disebut dipeptida.
Suatu
dipeptida juga mempunyai gugus ‒COOH dan gugus ‒NH2, oleh karena itu dapat pula
mengikat asam amino yang lain membentuk tripeptida, dan seterusnya membentuk
polipeptida atau protein.
Pemaparan struktur polipeptida secara lengkap
dapat sangat membosankan dan tidak selalu perlu. Oleh karena itu, para ahli
biokimia menggunakan singkatan. Tiap-tiap asam amino diberi lambang dengan tiga
huruf, dengan cara itu suatu contoh polipeptida yang terdiri dari 10 residu
asam amino dapat dinyatakan sebagai berikut :
Gly‒Phe‒Cys‒Ser‒Ala‒Gly‒Asp‒Ala‒Lys‒Asp
Dalam
menuliskan rangkaian asam amino dari suatu polipeptida atau protein, maka ujung
amino (residu asam amino dengan gugus amino bebas) ditempatkan disebelah kiri,
sedangkan ujung karboksil disebelah kanan. Pada contoh diatas, berati glisin
(Gly) mempunyai gugus ‒NH2 bebas, sedangkan asam aspartat (Asp) mempunyai gugus
‒COOH bebas.
Dua molekul asam amino dapat membentuk dua
jenis dipeptida, bergantung pada gugus yang digunakan pada kondensasi.
Misalnya, Gly dan Ala dapat membentuk dua jenis dipeptida, yaitu Gly‒Ala dan
Ala‒Gly.
Dengan
demikian dapat dipahami bahwa jenis protein yang dapat dibentuk dari 20 jenis
asam amino dapat mencapai jutaan. Hal ini mirip dengan jumlah kalimat yang
dapat disusun dari hanya 26 huruf dalam abjad. Namun demikian, urutan berbagai
huruf dalam kata atau urutan berbagai kata tidak selalu mempunyai arti.
Demikian juga, rangkaian asam-asam amino tidak selalu merupakan protein yang
berguna. Mungkin kita tetap dapat mengartikan suatu kalimat meskipun terdapat
beberapa huruf yang salah. Sama halnya dengan suatu protein, mungkin tetap
dapat berfungsi meskipun ada beberapa asam amino yang tidak sesuai urutan. Akan
tetapi, hal ini bisa berakibat fatal. Kelainan yang dikenal sebagai anemia sel
sabit terjadi karena perbedaan satu dari sekitar 300 residu asam amino dalam
hemoglobinnya.
Salah
satu contoh yang menunjukkan betapa pentingnya urut-urutan asam amino dalam
rantai polipeptida terhadap bentuk tiga dimensi dan fungsi protein, khususnya
protein globular yaitu penyakit anemia sel sabit.
Anemia sel sabit adalah penyakit yang timbul
karea bentuk yang abnormal dari salah satu subunit hemoglobin. Hemoglobin yang
normal berbentuk bulat (seperti kue donat), sedangkan sel sabit berbentuk
sabit. Bentuk yang abnormal tersebut terjadi karena asam amino yang keenam dari
rantai β, yaitu asam glutamat yang bersifat polar tergantikan oleh valin, suatu
asam amino yang tidak polar. Perubahan bentuk ini mengganggu kemampuan
hemoglobin dalam mengangkut oksigen. Selain itu, gaya tarik hidrofobik
menyebabkan beberapa sel sabit mengelompok membentuk semacam serat sehingga
dapat menyumbat pembuluh kapiler. Hal ini dapat menyebabkan peradangan, rasa
sakit, kerusakan organ, bahkan kematian.
Anemia
sel sabit adalah penyakit keturunan yang dialami seseorang yang mewarisi gen
hemoglobin muatan dari kedua orangtuanya. Jika hanya salah satu orangtua yang
menurunkan gen semu, hanya kira-kira 1% dari sel darah merahnya yang berubah
menjadi bentuk sabit. Mereka dapat hidup normal selama menghindari
latihan-latihan fisik yang berat atau tekanan lain terhadap sistem peredaran
darah.
4. Struktur Protein
Protein
mempunyai struktur yang sangat kompleks. Struktur protein memegang peranan
penting dalam menentukan aktivitas biologisnya. Struktur protein dapat
dibedakan ke dalam 4 tingkatan, yaitu struktur primer, sekunder, tersier dan
kuartener.
Struktur
primer adalah urut-urutan asam amino dalam rantai polipeptida yang menyusun
protein. Protein pertama yang berhasil ditentukan struktur primernya adalah
insulin, yaitu hormon yang berfungsi mengatur kadar gula darah.
Sebagai
contoh insulin sapi terdiri dari dua rantai polipeptida, yang ditandai dengan
rantai A (terdiri dari 21 asam amino) dan rantai B (terdiri dari 30 asam
amino). Kedua rantai disatukan oleh ikatan silang disulfida (‒S‒S‒) yang
berasal dari unit sistein (Cys). Selama bertahun-tahun, insulin yang
diekstraksi dari pankreas sapi digunakan untuk terapi bagi orang-orang yang
menderita kekurangan insulin (Diabetes). Kini insulin manusia telah dapat
diproduksi melalui industri genetika.
Struktur
sekunder berkaitan dengan bentuk dari suatu rantai polipeptida. Oleh karena
gaya-gaya nonkovalen, seperti ikatan hidrogen atau gaya dispersi, suatu rantai
polipeptida menggulung seperti spiral (alfa heliks) atau seperti lembaran
kertas continues form (beta-pleated sheet), atau bentuk triple heliks.
Struktur
tersier protein merupakan bentuk tiga dimensi dari suatu protein. Bagaikan
seutas mie yang diletakkan di dalam cawan, suatu rantai polipeptida dapat
melipat atau menggulung sehingga mempunyai bentuk tiga dimensi tertentu.
Struktur tersier protein dikukuhkan oleh berbagai macam gaya, sepert ikatan
hidrogen, ikatan silang disulfida, interaksi hidrofobik atau hidrofilik, serta
jembatan garam.
Setiap
protein mempunyai bentuk tiga dimensi tertentu. Jadi semua molekul hemoglobin
sebagai contoh, mempunyai bentuk tiga dimensi yang sama. Bentuk tiga dimensi
protein sangat berperan dalam menentukan fungsi biologis protein tersebut.
Sering kali sutatu molekul organik bukan protein terikat pada rantai
polipeptida dalam struktur tersiernya.
Sebagian
protein hanya mengandung rantai tunggal polipeptida, tetapi yang lain, yang
disebut protein oligomer, terdiri dari dua atau lebih rantai. Sebagai contoh,
hemoglobin mempunyai empat rantai. Masing-masing rantai merupakan satu subunit
protein. Susunan subunit-subunit dalam protein oligomer disebut struktur
kuartener.
5. Hidrolisis Protein
Suatu
polipeptida atau protein dapat mengalami hidrolisis jika dipanaskan dengan asam
klorida pekat, sekitar 6M. Dlam hal ini ikatan peptida diputuskan sehingga
dihasilkan asam-asam amino bebas. Dalam tubuh manusia atau hewan hidrolisis
polipeptida atau protein terjadi karena pengaruh enzim.
6. Penggolongan Protein
Protein
dapat dibeda-bedakan berdasarkan komposisi kimia, bentuk, atau fungsi
biologisnya.
a.
Berdasarkan Komposisi Kimia
Berdasarkan komposisi kimianya, protein dibedakan atas protein sederhana dan protein konjugasi. Protein sederhana hanya teriri atas asam amino, dan tidak ada gugus kimia lain. Bagian yang bukan asam amino dari protein konjugasi disebut gugus prostetik. Protein konjugasi digolongkan berdasarkan jenis gugus prostetiknya.
Berdasarkan komposisi kimianya, protein dibedakan atas protein sederhana dan protein konjugasi. Protein sederhana hanya teriri atas asam amino, dan tidak ada gugus kimia lain. Bagian yang bukan asam amino dari protein konjugasi disebut gugus prostetik. Protein konjugasi digolongkan berdasarkan jenis gugus prostetiknya.
b. Berdasarkan Bentuk
Berdasarkan bentuknya protein dibedakan atas protein globular dan protein serabut. Pada protein globular rantai atau rantai-rantai polipeptidanya berlipat rapat menjadi bentuk globular atau bulat padat. Protein globular biasanya larut dalam air dan mudah berdifusi. Hampir semua protein globular mempunyai fungsi gerak atau dinamik, seperti enzim, protein transpor darah,dan antibodi. Protein serabut tidak larut dalam air. Hampir semua protein serabut mempunyai fungsi struktural atau pelindung. Contohnya adalah α-keratin pada rambut dan wol,fibroin dari sutera, dan kolagen dari urat.
c.
Berdasarkan Fungsi Biologis
Berdasarkan
fungsi biologisnya, protein dapat dibedakan atas 7 golongan, yaitu:
- Enzim,
yaitu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Hampir semua reaksi senyawa
organik dalam sel dikatalisis enzim. Lebih dari 2000 jenis enzim telah
ditemukan di dalam berbagai bentuk kehidupan. Contohnya, ribonuklease dan
tripsin.
- Protein
transpor, yaitu protein yang mengikat dan memindahkan molekul atau ion
spesifik. Hemoglobin dalam sel darah merah mengikat oksigen dari paru-paru, dan
membawanya ke jaringan periferi. Lipoprotein dalam plasma darah membawa lipid
dari hati ke organ lain. Protein transpor lain terdapat dalam dinding sel dan
menyesuaikan strukturnya untuk mengikat dan membawa glukosa, asam amino, dan
nutrien lain melalui membran ke dalam sel.
- Protein
nutrien dan penyimpanan, ialah protein yang berfungsi sebagai cadangan makanan.
Contohnya ialah protein yang terdapat dalam biji-bijian seperti gandum, beras
dan jagung. Ovalbumin pada telur dan kasein pada susu juga merupakan protein
nutrien.
- Protein
kontraktil yaitu protein yang memberikan kemampuan pada sel dan organisme untuk
mengubah bentuk atau bergerak. Contohnya ialah aktin dan miosin, yaitu protein
yang berperan dalam sistem kontraksi otot kerangka.
- Protein
struktur, yaitu protein yang berperan sebagai penyanggah untuk memberikan
struktur biologi kekuatan atau perlindungan. Contohnya ialah kolagen yaitu
komponen utama dalam urat dan tulang rawan. Contoh lain adalah keratin yang
terdapat pada rambut, kuku, dan bulu ayam/burung, fibroin yaitu komponen utama
dalam serat sutera dan jaring laba-laba.
- Protein
pertahanan (antibodi), yaitu protein yang melindungi organisme terhadap
serangan organisme lain (penyakit). Contohnya adalah imunoglobin atau antibodi
yang terdapat dalam vertebrata, dapat mengenali dan menetralkan bakteri, virus,
atau protein asing dan spesi lain. Fibrinogen dan trombin merupakan protein
penggumpal darah jika sistem pembuluh terluka. Bisa ular dan toksin bakteri
juga tampaknya berfungsi sebagai protein pertahanan.
- Protein
pengatur, yaitu protein yang berfungsi mengatur aktivitas seluler atau
fisiologi. Contohnya ialah hormon seperti insulin yang mengatur metabolisme
penyakit diabetes. Contoh lain adalah hormon pertumbuhan dan hormon seks.
7. Sifat-sifat
Protein
a.
Denaturasi
Protein
Jika
suatu larutan protein, misalnya albumin telur, dipanaskan secara perlahan-lahan
sampai kira-kira 60O‒70OC, lambat laun larutan itu akan
mejadi keruh dan akhirnya mengalami koagulasi. Protein yang telah terkoagulasi
itu tidak dapat larut lagi pada pendinginan. Perubahan seperti itu disebut
denaturasi protein. Denaturasi juga dapat terjadi karena perubahan pH yang
ekstrim, oleh beberapa pelarut seperti alkohol atau aseton, oleh zat terlarut
seperti urea, oleh detergen, atau bahkan karena pengguncangan yang intensif.
Protein dalam bentuk alamiahnya disebut protein asli (natif) setelah denaturasi
disebut protein terdenaturasi. Protein terdenaturasi hampir selalu kehilangan
fungsi biologisnya. Dari penelitian terhadap protein terdenaturasi diketahui
bahwa struktur yang lebih kompleks dari protein, terutama struktur tersier dan
struktur kuartenernya.
b. Viskositas
Viskositas adalah tahanan yang timbul karena adanya gesekan antara molekul-molekul didalam zatcair yang mengalir. Suatu larutan protein dalam air mempunyai Viskositas atau kekentalan yang lebih besar dari pada Viskositas air sebagai pelarutnya. Pada umumnya Viskositas suatu larutan tidak diukur secara absolute tetapi ditentukan oleh Viskositas ralatif, yaitu perbandingan terhadap Viskositas zat cair tertentu. Alat yang digunakn untuk menentukan Viskositas adala viscometer Ostwald. Pengukuran viskositas didasarkan pada kecepatan aliran suatu zat cair atau larutan melalui suatu pipa ttertentu. Viskositas larutan protein tergantung pada jenis protein, bentuk molekul, konsentrasi serta suhu larutan. Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi tetapi berbanding terbalik dengan suhu. Larutan suatu protein yang bentuk molekulnya panjang, mempunyai viskositas lebihh besar dari pada larutan suatu protein yang berbentuk bulat. Pada titik isolistrik viskositas larutan protein mempunyai harga terkecil.
Viskositas adalah tahanan yang timbul karena adanya gesekan antara molekul-molekul didalam zatcair yang mengalir. Suatu larutan protein dalam air mempunyai Viskositas atau kekentalan yang lebih besar dari pada Viskositas air sebagai pelarutnya. Pada umumnya Viskositas suatu larutan tidak diukur secara absolute tetapi ditentukan oleh Viskositas ralatif, yaitu perbandingan terhadap Viskositas zat cair tertentu. Alat yang digunakn untuk menentukan Viskositas adala viscometer Ostwald. Pengukuran viskositas didasarkan pada kecepatan aliran suatu zat cair atau larutan melalui suatu pipa ttertentu. Viskositas larutan protein tergantung pada jenis protein, bentuk molekul, konsentrasi serta suhu larutan. Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi tetapi berbanding terbalik dengan suhu. Larutan suatu protein yang bentuk molekulnya panjang, mempunyai viskositas lebihh besar dari pada larutan suatu protein yang berbentuk bulat. Pada titik isolistrik viskositas larutan protein mempunyai harga terkecil.
c. Koagulasi
Sifat protein yang satu ini ditandai dengan adanya penggumpalan partikel koloid sebagai akibat penambahan senyawa kimia yang pada akhirnya menyebabkan partikel menjadi netral dan akhirnya membentuk endapan akibat gaya grafitasi. Koagulasi ini sendri terjadi karena beberapa hal seperti pemanasan (contohnya: darah), pengadukan (contohnya: tepung kanji), dan pendinginan (contohnya: agar-agar).
Sifat protein yang satu ini ditandai dengan adanya penggumpalan partikel koloid sebagai akibat penambahan senyawa kimia yang pada akhirnya menyebabkan partikel menjadi netral dan akhirnya membentuk endapan akibat gaya grafitasi. Koagulasi ini sendri terjadi karena beberapa hal seperti pemanasan (contohnya: darah), pengadukan (contohnya: tepung kanji), dan pendinginan (contohnya: agar-agar).
d Browning
Sifat protein yang satu ini ditandai dengan terjadinya perubahan warna menjadi coklat. Hal ini merupakan reaksi pencoklatan enzimatis serta non enzimatis. Contoh pencoklatan enximatis terlihat pada buah-buah juga sayuran yang mengandung zat fenolik. Semenetara itu, contoh untuk pencoklatan non enzimatis ada pada karamelisasi gula.
Sifat protein yang satu ini ditandai dengan terjadinya perubahan warna menjadi coklat. Hal ini merupakan reaksi pencoklatan enzimatis serta non enzimatis. Contoh pencoklatan enximatis terlihat pada buah-buah juga sayuran yang mengandung zat fenolik. Semenetara itu, contoh untuk pencoklatan non enzimatis ada pada karamelisasi gula.
8. Reaksi Pengenalan Protein
a. Uji Ninhidrin
Uji
ninhidrin adalah uji umum untuk protein dan asam amino. Ninhidrin dapat
mengubah asam amino (asam amino terminal) menjadi suatu aldehida. Uji ninhidrin
dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes larutan ninidrin yang tidak
berwarna ke dalam sampel kemudian dipanaskan beberapa menit. Adanya protein
atau asam amino ditunjukkan oleh terbentuknya warna ungu.
b
Uji Biuret
Uji
biuret adalah uji umum untuk protein (ikatan peptida) tetapi tidak dapat
menunjukkan asam amino bebas. Zat yang akan diselidiki mula-mula ditetesi
larutan NaOH, kemudian larutan tembaga(II) sulfat yang encer. Jika terbentuk
warna ungu, berarti zat itu mengandung protein.
c.
Uji Xantoproteat
Uji
Xantoproteat adalah uji terhadap protein yang mengandung gugus fenil (cincin
benzen). Apabila protein yang mengandung cincin benzena dipanaskan dengan asam
nitrat pekat, maka terbentuk warna kuning yang kemudian menjadi jingga bila
dibuat alkalis (basa) dengan larutan NaOH.
d. Uji Belerang
Adanya
unsur belerang dalam protein dapat ditunjukkan sebagai berikut. Mula-mula
larutan protein dengan larutan NaOH pekat 6M dipanaskan kemudian diberi
beberapa tetes larutan timbel asetat. Bila terbentuk endapan hitam (dari PbS)
menunjukkan adanya belerang.
9.
Fungsi Protein
·
Pertumbuhan dan pemeliharaan
Rambut, kulit, dan kuku membutuhkan lebih banyak as amino yang
mengandung sulfur. Kolagen
: protein utama otot dan jaringan ikat. Fibrin
dan myosin adalah protein didalam otot.
·
Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh
Tiroid, insulin dan epinefrin serta enzim bertindak sebagai
katalisator. Hb berfungsi
sebagai pengangkut oksigen
·
Mengatur keseimbangan air
Cairan tubuh intraseluler, ekstraseluler dan
interseluler. Distribusi
cairan ini dijaga dalam keadaan seimbang atau homeostasis. Penumpukan cairan
(edema) : tanda awal kekurangan protein.
·
Memelihara
netralitas tubuh
Protein tubuh bertindak sebagai buffer, dengan pH netral atau sedikit alkali
(pH 7,35 – 7,45).
·
Pembentukan antibodi
Kekurangan protein, menghalangi kemampuan tubuh thd pengaruh
toksik berkurang. Kekurangan
protein lebih rentan terhadap bahan-bahan racun dan obat-obatan.
·
Mengangkut zat-zat gizi
Protein memegang peranan esensial dalam mengangkut zat-zat gizi
Kekurangan protein menyebabkan gangguan pada absorpsi dan transportasi zat
gizi.
·
Sumber energi
Protein menghasilkan 4 kkal/g protein.
·
Angka kecukupan protein
Angka kecukupan protein (AKP) orang dewasa adalah 0,75 gram/kg
berat badan. Kekurang protein ( Marasmus dan kwashiorkor), Kelebihan protein (
asidosis, dehirasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah dan
demam).
10. Kekurangan Protein
Protein sendiri mempunyai banyak sekali fungsi di tubuh kita. Pada dasarnya protein menunjang keberadaan setiap sel tubuh, proses kekebalan tubuh. Setiap orang dewasa harus sedikitnya mengkonsumsi 1 g protein pro kg berat tubuhnya. Kebutuhan akan protein bertambah pada perempuan yang mengandung dan atlet-atlet.
Protein sendiri mempunyai banyak sekali fungsi di tubuh kita. Pada dasarnya protein menunjang keberadaan setiap sel tubuh, proses kekebalan tubuh. Setiap orang dewasa harus sedikitnya mengkonsumsi 1 g protein pro kg berat tubuhnya. Kebutuhan akan protein bertambah pada perempuan yang mengandung dan atlet-atlet.
Kekurangan Protein bisa berakibat
fatal:
- Kerontokan rambut (Rambut terdiri dari 97-100% dari Protein-Keratin)
- Yang paling buruk ada yang disebut dengan Kwasiorkor, penyakit kekurangan protein. Biasanya pada anak-anak kecil yang
menderitanya, dapat dilihat dari yang namanya busung lapar, yang disebabkan oleh filtrasi air
di dalam pembuluh darah sehingga menimbulkan odem. Simptom yang lain dapat dikenali
adalah :
- hipotonus
- gangguan pertumbuhan
- hati lemak
Kekurangan yang terus menerus
menyebabkan maramus dan berakibat kematian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar